Jangan Bilang Janji, Janji Jangan Bilang-bilang

Momon lupa ada PR. Senin dikumpulkan. Tapi sebenernya engga lupa. Pura-pura lupa. Karena Momon ada perlu. Pura-pura sibuk.hehe...
Hari selasanya,
Damenk : Pe er..
Momon : Apa
Damenk : PR
Momon : Apa ya Kak
Momon : Ini hari apa....
Momon : Kan kemarin-kemarin senin bilangnya dikumpulin. Ini kan sudah selasa. Sudah gugur dong
Damenk : huuuuu
Damenk : Kemaren saya sengaja gak tanya. Kirain bakal dikumpulin. Ternyata tidak
Momon : Saya sibuk. Maaf. hehe
Momon : Jadi sudah selesai kan ya. hehe
Damenk : Moral responsibility
Momon : What kinda moral...
Damenk: Tidak menepati janji
Momon : Saya janji kah?
Momon : Saya kan engga bilang " momon berjanji besok senin kumpulin PR "
Damenk mutung.
Momon : Kakak jangan gitu.. saya kan engga pingin punya Kakak yg ngambek...
Momon : Hidup kan indah....kenapa dibikin susah...

Wahai Damenk, kakaknya Mbak Wanda. Wahai Damenk, wahai Momon..
Hidup indah. Jangan dibuat susah. Kalo berat berjanji lebih baik tidak ditagih.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Guru Oh Guru-Sebuah Episode yang Menyenangkan

Hari ini refleksi hari Guru. Dulu waktu kecil Momon pernah bercita-cita jadi guru mengaji. Karena rasa senang dan aneka warna ketika diulang guru mengaji di dekat rumah. Dan sudah kesampaian. Kala usia berapa, lupa. Momon juga pernah pingin jadi murid teladan. Kesampaian juga. Dengan keberuntungan dari Tuhan. Semua yang Momon cita-citakan, semua yang baik, selalu terjadi. Tuhanlah alasannya. Bukan karena Momon rajin, ulet, dan gemar menabung. You don't need to be number one to be special. You just need a value.

Waktu kuliah, Momon banyak belajar. Jauh lebih banyak dari ketika SMA dan SMP. Momon punya guru-guru lebih banyak. Ada itu, si Ayu, Budi, dan Kakaknya satu lagi siapa namanya Momon lupa. Mereka anak-anak nakal, karena suka minta-minta di lingkungan kampus. Padahal kampus kan bukan gedung BI yang banyak uangnya. Tapi kami juga salah. Oleh sebab suka berpenampilan rapi, wangi, dan tampak berada. Padahal ya sama seperti mereka, masih minta. Sama orangtua.
Momon juga punya guru-guru lain. Itu si Bapak-bapak yang jual tempura di depan gerbang. Ibu yang jual ayam kremes cabe ijo. Mbak-mbak yang suka bantuin Ibu. Mas Fendy, penjaga PKM. Pak Rektor. Bapak Pembantu Rektor tercinta. Bapak Dekan. Dan lain-lain yang kalo disebut semua jadi penuh ini halaman.

Mereka guru-guru Momon. Yang mengajarkan bersikap baik kepada semua orang. Tetap berprestasi tapi jangan lupa berkontribusi. Yang mengajarkan untuk terus bercita-cita. Dan boleh jadi apa saja. Apa saja. Sekehendak hati. Yang mengajarkan pula ilmu manajemen. Bahwa Rp 200.000 buat Bapak Tempura equal to 4 person in his life. Bahwa Rp 25.000 buat Ayu, Budi, dan Kakaknya sama dengan makan mereka dua-tiga hari. Bahwa Rp 200.000 yang sama, yang Momon habiskan untuk jajan dan pulsa, tenyata memiliki nilai distorsi tergantung siapa yang memegangnya. Bahwa Rp 25.000 yang sama, yang Momon habiskan buat sekali nonton film, tennyata bisa sedemikian bergizi buat anak-anak sekecil Ayu.

Momon waktu setelah itu pernah berjanji.
Tapi terlanggar juga. Oleh karena gaya hidup. Sungguh sangat susah berpura-pura menjadi orang susah.
Dan sungguh teramat mudah berpura-pura menjadi orang seperti engga kekurangan.

Momon jadi ingat signature kang Acha, yangmana selalu ada pesan singkatnya:
"Life is a never ending process of education"
Kalau begitu, selamatlah hari Guru! Untuk para Guru. Kalian tahu? Hidup menakjubkan bersama hadirnya kalian. Momon cinta sama kalian! ^_^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Guru Oh Guru-Sebuah Episode yang Menyedihkan

Hari ini hari Jumat. Hari Jumat ini refleksi hari Guru. Momon jadi inget masa-masa sekolah. Masa yang penuh dengan cita-cita. Dan betapa semangat, harapan, dan segala penolakan atas hal-hal yang sifatnya negatif begitu cantiknya bergelora selaras dengan semesta. Masa-masa sekolah, dimana sebenarnya Momon biasa saja, tapi diberi beberapa kesempatan ikut lomba. Sehingga tahu dunia. Banyak kawan. Dan disukai para cina. (apa hubungannya cari sendiri lah). :P

Tapi di sekolah juga sering Momon bosan. Bosan karena Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang sering bediri di depan seringkali bicara dengan bahasa yang sulit dimengerti. Bukan, bukan karena Momon bodoh. Tapi karena Momon lekas bosan saja.
Pak Fisika : Mon, ada apa denganmu? Kenapa nilai kamu biasa-biasa saja. Malah ulangannya jelek. Padahal kalau saya lihat kamu pinter. Ada apa di kelas? Kok saya lihat kamu kurang bergairah belajar.

Tanya beliau suatu ketika di kelas 2 SMA. Guru Fisika tahun sebelumnya sangat suka Momon. Dan Bonita. Meskipun nilai kami engga yang tertinggi di kelas. Tapi kami pernah menjabarkan rumus di depan kelas. Dua jam. Menggantikan beliau mengajar. Dahsyaat. Dahsyat gilanya, maksud Momon. :P Padahal engga pinter. Jadinya ya engga tahu bener salahnya. hehe.

Momon : (menjawab Pak Fisika 2) hehe..engga ada apa-apa kok, Pak.
Pak Fisika engga percaya. Keliatan dari wajahnya.
Momon : (baiklah...hmm) saya cuma terlambat belajar aja Pak. Kaya kemarin UHT, saya belum selesai belajarnya.

Berbohonglah Momon. Momon engga tertarik sama beliau. Sama sekali engga menarik hati cara mengajarnya. Bahkan, bahasa beliau jauh berbeda dengan Momon. Momon susah, sangat susah mengikuti pelajaran. Akhirnya mencari pelampiasan.

Membolos dan membolos. Terlambat beberapa jam dan teruslah seperti itu. Surat ijin dokter palsu dan berdosalah selalu. Orang serumah paham. Paham bahwa Momon bolos karena alasan-alasan tertentu. Or males, kata sederhananya. Tapi karena pinter, boleh bolos. hehe. Itulah hebatnya Ibu. Momon senang sekali sama Ibu.

Sampai suatu hari Ibu dipanggil sekolahan. "Anak Anda tercatat sering sekali terlambat dan sering pula tidak masuk sekolah". Momon dendam sekali. Gara-gara Wakasek. Mergokin Momon telat en engga bisa disuap. (haiyahh..sudah besar ngapain disuapin). Beliau kekeuh memeriksa itu BP punya catatan 'kriminal'. Diseretlah Momon dan orangtua ke 'pengadilan'. Wali kelas cuma kalem. Seems like he known everything would be okay.

Ibu sudah selesai diinterogasi, Momon kemudian. Jelas saja Momon engga bisa dan engga berminat menjawab. Ibu rupanya juga demikian. Beliau mengerti Momon, makanya engga jawab juga. Momon sukaaa sekali sama Ibu. hehe..

Tapi pulang ke kelas, Momon nangis juga. Hebat. Lihatlah Momon. Anak putri baik-baik, pinter, aktif, tapi justru satu-satunya murid di SMA itu yang dipanggil orangtuanya gara-gara terlalu sering bolos dan telat. Hebat bukan.................................preman aja kalah.hehe.


Mas Dono (guru les) : Kenapa Mon? kok lesu gitu?
Momon : hmm..engga apa-apa Mas. Momon.....males sekolah.
Momon jujur ke guru-guru les.
Mas Dono yang baik: Yah. Bagus.
Jawaban di luar dugaan.
Mas Dono terus bercerita tentang para ilmuwan, segala absurditas dan anomali mereka. Momon selalu suka les. Menyenangkan dan jadi paham. Mas-mas yang jadi guru les selalu mengajak tersenyum, tertawa, berbagi segala cerita tentang istri dan anak, selain mengajak belajar. Selain mengajak Momon untuk tahu kenapa harus belajar ini dan itu. Mengapa fisika bisa begini dan kimia bisa begitu. Segala yang indah disampaikannya oleh mereka.
Sedikit beda dengan Bapak-bapak dan Ibu-ibu di sekolah. Mungkin, bukan Bapak-bapak dan Ibu-ibu tak mau menjadi seperti Mas-mas guru les. Mereka cuma tidak sempat saja. Atau tidak tahu caranya. Barangkali....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pelajaran Menikah part-1

Pak Tao, rekan kerja seruangan, muterin lagu. Songs about love and marriage. Dalam rangka menyemangati rekan kami, Mbae yang konon katanya mau nikah besok sabtu. Tapi di Lampung. Of course kita engga bisa dateng. Dateng juga naek apa. Naik pesawat juga mahal. Hari juga kerja.
Tao: paling tidak Mon..dengan lagu ini sudah mewakili kehadiran kita di nikahan Mbae nanti di  Lampung...walau kita gak bisa datang kesana tapi doa dan dukungan kita dan temen2 semua selalu mengiringi Mbae. Iya gak?.. dan bagi yang belum segera menyusul..semoga lagu ini memberikan semangat untuk ikhtiar.

Maksud Tao, Momon tentu saja.

Momon : Hahaha..bagus..bagus..
Tao : Siiip. Lagu ini buat Momon juga simak deh baik2 lagunnya yo..
Momon : Hehe..kan aku dengerin MP3.

Tao : Yah sayang deh. Padahal bagus loh. Banyak pelajaran yang bisa diambil.
Momon : Halah. Pak Tao ini lho. Doakan saja deh.

Yaiyalah. Masak mo nikahan kudu ambil pelajaran Kimia, Biologi, Fisika?? Engga mungkin banget. Emang mo nikahan sama dosen? (apa hubungannya ya..:P)


Tao : (melanjutkan wejangan) Barangsiapa yang membantu menjodohkan orang lain akan mendapatkan unta merah. Ibaratnya...
Momon : Waahhhh..beneran?
Tao : Unta merah itu ibaratnya unta yang paling berharga..
Momon : Aku pingin tuh...menjodohkan orang...
Tao : ...jadi bisa dibilang jodohnya dipermudah...
Momon : Waah..pingiin.
Tao : Aku dulu suka loh..sama temenku...
Momon : Hmm...ngejodohin siapa yaaa... Gimana kalau ngejodohin pak Tao?
Tao : Hahh?? Kan udah ada yang punya..? Momooonnn!
Momon : Pak Tao gih. Nikahan lagi. Sama teh Shanti.
Tao : Kurang ajar. Engga soap eh sopan.Ogah. Aku cinta sama istriku. 


Padahal istrinya ya teh Shanti.
Tao : (melanjutkan katanya) Hanya satu. Di dunia dan akhirat.


Deuu...luluh juga ngedengernya. Wekss... So sweet. 
Manis. 
Kaya permen.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Serius nih..? Disipilin?


Yukachan sedang sangat serius. Entah kenapa dan entah bagaimana bisa begitu. Apakah ia marah? Apakah ia jengah? Karena Momon bikin aturan di kamar. Engga boleh engga disiplin. Harus bersih. Meskipun Momon juga slebor kadang-kadang. Eh, sering. hehehe...
Tapi kalau dipikir-pikir, bagus kok. Soalnya...pertama, disipilin eh disiplin itu bagus. Momon inget pak Profesor DIKTI pernah bilang gitu pas ketemu sama Momon.
Profesor : apa yang membedakan kita sama bangsa Vietnam?
Momon : eng................................
Profesor : DISIPLIN!!!
(sambil menggelegar. sedikit mendelik. walahhh...wedi aq :p)
Momon percaya pak Profesor benar. Karena memang begitulah adanya sebuah kebenaran, eh kedisiplinan. Pasti berbuah baik buat kitanya.

Hmm..kedua, bagus juga Yuka sesekali seperti itu. hehehe...Soalnya Momon cukup kewalahan belakangan ini. Engga bisa nge-handle 'manja'nya ini bocah. :P Momon sibuk. Sedang sangat sibuk. Membikin blog. :P

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Are you Photographer Enough?

Jazki kebelet maem sore-sore. @ Twank.
hahahihi..then,
Vq : lucu ya dia. ketawa mulu.

Momon maksudnya Vq. Bilang ke Jazki.

Vq : eh gw tunjukin.. keren deh pokoknya.

Web foto yang baguus banget. Boston big picture.
Vq ceramah dikit tentang beda foto-foto Uchese (yang Momon komen bagus) sama foto-foto paman boston. ya iyalahhh beda, Kun!! :D
Ribut dikit, sambil ngecek harta kekayaan Vq. Maksudnya tentu saja hasil jepretan dia. Bagus. Keren. Momon engga pernah nyangka punya temen yang ternyata bisa keren. (vq : as*****mm lu!) :P

Di tengah keributan, Jazki, yang dari tadi khusyuk makan spaghetti,
Jazki : kaaakk.. foto siapa tuhh??
Vq : gue lah. Siapa lagi
Jazki : kok bisa bagus gitu..?????
Vq sama Momon memandang Jazki takzim. Inilah anak SMA-setahun lalu, yang pernah Momon tawarin bantuan ngarsirin gambar buat prediction test lulus sekolah seni 'aitebeh'. Si Anak SMA menolak. Engga pernah tahu kalo Momon berbakat. Piawai. Juara. Hebat. Dalam mengarsir, tentu saja.
Vq en Momon diam. Lima menit. Cukup. Kemudian ngikik berjamaah. hahaha
Jazki : Kaak..ya udahlah. Ngapain elu engga kerja aja di National Geographic? Masuk kesana gih.
Vq en Momon diam lagi. Takzim. Maklum. Soalnya Jazki lama tinggal di gua.
Vq liat Momon. Momon liat dinding Twank. Ubin, bagus.
Vq : e...e...elu...kira...kakakakagh
Jazki : kenapah?
Vq : elu kira masuk kesono...kayak masuk masjid??? semua orang dianjurin???

Momon engga tahan. Ketawa. Sampe sekarang. Kalo pas inget.



ket redaksi: ini foto Jazki. Salam perpisahan sama temennya di gua dulu. (peace, Jaz..:P)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Atas Nama Tuhan


Atas nama Tuhan, biarkan saya membuka mata. Mencium wangi embun, tanah basah, dan samar-samar hangat cajuput oil.
Atas nama Tuhan, biarkan saya menyentuh ujung-ujung daun, kerak batang pohon, halus lumut, dan air mengalir.

Atas nama Tuhan, biarkan saya mengecap berupa ilmu dari Ibnu Haitham, Gauss, Bohr, Barthes, Goffman, Murakami, AA Navis, atau Andrea Hirata.
Atas nama Tuhan, biarkan saya mengagumi para guru, yang berbicara di depan kelas-kelas atau yang melangkah tergesa di jalanan. Tersebar di sudut jalan di kota mana pun di seluruh benua.
Dan biarkan saya, untuk sering menjadi murid dan hanya sesekali menjadi guru.

Atas nama Tuhan, biarkan saya lepas bercita-cita. Mendesain portofolio kehidupan, membongkarnya dan redesain.
Atas nama Tuhan, biarkan saya berpetualang. Menjelajah, menapak, berlari, berenang dan menyelami banyak jalan, kesempatan, keinginan, rasa, dan tantangan.

Atas nama Tuhan, biarkan saya bermetamorfosis.
Entah sejak setahun empat bulan yang lalu atau dari masa yang lebih panjang dari itu.
Dari kepompong menjadi ulat. Dari ulat kecil menjadi ulat besar.
Kupu-kupunya nanti saja.
Di surga.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS